Jumat, 18 September 2009

Paket Injil untuk Muslim dan di Bengkulu, misionaris asing menyamar jadi petani.

PONOROGO -- Ada yang makin aktif mengail di air keruh dengan melakukan upaya pemurtadan saat umat Islam difitnah sebagai biang teroris. Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Bhakti Ponorogo, Jawa Timur, Agung Pramono, pekan lalu, pun terkejut karena menerima kiriman paket sebanyak lima kardus. Isinya 500 eksemplar Alkitab (Injil).

Selain SMA Bhakti, sejumlah pondok pesantren (ponpes) dan lembaga pendidikan Islam lain di Ponorogo, ikut menerimanya. ''Paket itu dikirim orang yang tidak kami kenal. Tentu saja kami kaget setelah mengetahui isinya. Apa lagi, kami sama sekali tidak pernah merasa memesannya,'' kata Agung kepada wartawan, Selasa (3/1)

Di dua kardus tersebut terdapat tulisan Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesia Bible Society), Jl Salemba Raya 12, Jakarta 10430, Indonesia. Alamat pengirim ini sama dengan yang diterima SMA Bhakti akhir pekan lalu. Namun, menurut Kiai Ahmad, pengirim paket tersebut sudah sangat dikenalnya. Yaitu seorang warga keturunan, salah satu pemilik toko di Kota Ponorogo.
Al Islam

''Ia memang Nasrani, kebetulan kami sering berbelanja di tokonya,'' ungkap kiai lulusan Islamic University Madinah, Arab Saudi, angkatan 1983, ini. Orang yang dimaksudnya itu sempat menanyakan keberadaan perpustaan di ponpes Darul Fikri. Setelah dijawab ada, kemudian mengirimkan paket Injil. Berdasarkan pertimbangan para pengasuh ponpes, ratusan Injil itu 'dibekukan'. Ia mengaku khawatir, kalau ditolak atau dikembalikan akan dibagikan ke tempat lain. Sedangkan jika dimusnahkan akan menimbulkan masalah baru.



Pegang teguh Alquran

Diakuinya, beberapa guru memang ada yang membacanya sekedar untuk perbandingan. Namun, menolak jika harus dipajang di perpustakaan. Sebab, para santrinya yang berjumlah sekitar 350 anak, dianggap masih belum kuat memegang akidah.

Kiai yang sebelum kuliah di Madinah juga sempat nyantri di Ponpes Walisongo, Ngabar, Ponorogo, itu menduga ponpes lainnya menerima paket serupa. Soal motivasi atau misi pengirimnya, Kiai Ahmad, menyatakan tidak tahu persis. ''Mungkin ini tahap awal pemurtadan secara halus. Wallahualam,'' ucapnya.

Peranan Misionaris Asing / Lokal ? Kemana Dai Islam ?Paket Injil, pekan lalu, juga diterima Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sunan Ampel Ponorogo dan Institut Sunan Giri (Insuri) Ponorogo. Jumlahnya 200 eksemplar. ''Kami sempat berdialog dengan tiga kurir pengirimnya, dua dari Jakarta, satu dari Ponorogo. Paket itu sebelumnya akan dikirim ke Ponpes Darul Huda, Mayak, Tonatan, Ponorogo. Karena ditolak, dialihkan ke STAIN dan Insurit,'' jelas Ketua STAIN Ponorogo, Sugianto.

Namun, karena di STAIN ada mata kuliah Perbandingan Agama, paket Injil itu dimanfaatkannya. Sebagai pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ponorogo, Sugianto akan menindaklanjuti jika ada laporan yang meresahkan di masyarakat akibat pengiriman paket Injil tersebut. ''Kalau ada kiriman dan tidak berkenan, lebih baik ditolak. Terpenting, sebagai muslim, kita harus percaya dan memegang teguh kitab Alquran,'' tuturnya.



Misionaris asing

Sementara Kantor Berita Antara kemarin melaporkan, aparat Kantor Kesbang dan Linmas Provinsi Bengkulu mempertanyakan kegiatan 13 orang misionaris asing. Mereka menjadi petani di sebuah desa dekat Taman Hutan Raya Rojo Lelo, Bengkulu Utara, atau 14 Km arah utara kota Bengkulu. ''Kita tengah mendalami laporan orang asing yang menjadi petani itu. Tidak bisa seenaknya orang asing bekerja tanpa adanya izin,'' kata Kepala Kesbang Linmas Provinsi Bengkulu, Chairudin.

Bila yang dilakukan orang asing itu menyebarkan agama, sebenarnya sudah ada SKB tiga menteri yang menjelaskan tata cara penyebaran agama. Yaitu hanya diperkenankan kepada penduduk yang belum beragama (animisme/atheis)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda


Masukkan Code ini K1-2E53Y1-4
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
Produk SMART Telecom